Jumat, 19 November 2010

Inovasi Kompor Sampah

Sampah adalah benda tak berguna. Tapi, tahukah Anda, sampah bisa dijadikan
bahan bakar pengganti minyak?


Bahan bakar berbentuk briket itu pertama dikembangkan oleh kelompok aktivis
lingkungan hidup Nepal. Foundation for Sustainable Technologie (FoST) --nama
LSM itu-- melirik potensi yang terkandung dalam sampah yang menumpuk dan
mengotori jalan dan sungai di Kathmandu dan kota-kota lain di Nepal.

Lantas muncullah ide pembuatan briket sampah, meniru briket batu bara yang
lebih dulu dikenal masyarakat Nepal. Bedanya, residu dan asap briket batu bara
sangat mengotori udara, sedangkan briket sampah relatif lebih bersih. Tak
berasap, tak beresidu. Selain itu, cara memproduksi briket sampah itu terbilang
mudah.

Cara pembuatan briket

Sampah-sampah yang digunakan sebagai bahan mentah briket adalah sampah kertas,
bambu, serbuk gergaji, ampas tebu, daun, dan sampah organik lainnya.

Setelah dipilah, material tersebut dimasukkan ke sebuah tong berisi air yang
dipanaskan. Lalu sampah-sampah itu dihancurkan dan diaduk laiknya membuat bubur
kertas. Tak ada bahan kimia yang digunakan.

Kemudian bubur sampah tadi dicetak. Ada yang berbentuk cakram dengan lubang di
tengahnya, ada juga yang berbentuk tablet. Ukuran garis tengahnya 5 cm dengan
tebal 5 cm pula. Ada juga yang dicetak dengan genggaman tangan. Saat ini, FoST
mengembangkan 10 jenis briket sampah.

Cara menggunakan

Untuk pembakaran, FoST juga memperkenalkan kompor khusus yang disebut rocket
stove (kompor roket) berbentuk tabung dengan garis tengah sekitar 10 cm. Pada
bagian bawahnya dipasang kipas angin bertenaga baterai untuk membantu
pembakaran. Baterai yang digunakan, dua buah baterai 1,5 volt itu, yang tahan
untuk sebulan penuh. Cukup praktis.

Apa Indonesia bakal turut menggunakan teknologi tepat guna ini? Saya harap
begitu. Kita tunggu saja nanti.
Briket Limbah Menghilangkan Sampah
Berbicara mengenai sampah dan permasalahannya seakan-akan tidak ada habisnya.
Bahkan berbagai argumen dan solusi pemecahan masalah sampah sudah sering kali
kita dengar maupun baca dari berbagai media massa.

Kali ini, penulis tidak akan menyoroti sampah sebagai sumber permasalahan yang
menimbulkan polemik di masyarakat, tapi cenderung berasumsi sampah sebagai
sumber berkah.

Dari sekian banyak berita yang penulis baca, sebagian besar para penulis atau
"pakar" sampah menyodorkan berbagai pandangan alternatif pemecahan masalah
sampah hanya sebagai sebuah wacana yang belum terealisasi. Meskipun tidak
dimungkiri opini-opini tersebut secara keseluruhan bertujuan memberikan
kontribusi positif bagi pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan sampah.
Tetapi apa yang penulis utarakan dalam tulisan ini kiranya dapat dipandang
sebagai tindak konkret dalam penyelesaian masalah sampah.

Bagi penulis, sampah bukan objek yang perlu didakwa sebagai sumber masalah,
menjijikkan, sumber bencana, bau, polusi atau tetek-bengek lainnya. Alangkah
bijaksananya bila kita menyadari, sampah merupakan bagian realita hidup yang
harus dihadapi.

Hal yang perlu dikembangkan dalam setiap insani anggota masyarakat adalah
bagaimana caranya menjadikan sampah sebagai objek yang memberikan manfaat bagi
manusia dan lingkungannya?

Komposisi sampah

Bila melihat dari segi komposisi kandungan sampah, ternyata sampah memiliki
potensi luar biasa. Kandungan materi dan komposisi sampah terdiri dari sejumlah
mikroorganisme bermanfaat, bahan organik dan anorganik. Kedua elemen tersebut
telah terbukti memberikan manfaat cukup besar bagi peri kehidupan manusia.

Sampah anorganik seperti plastik, besi, atau bahan logam lainnya yang notabene
sulit terdemineralisasi mikroorganisme tanah, oleh sebagian masyarakat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar daur ulang menjadi perabotan baru.

Sedangkan sampah organik, sudah sejak lama diolah sebagai pupuk kompos yang
digunakan dalam bidang hortikultura maupun oleurikultura (budi daya tanaman
hias). Selain itu, ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan sebagai bahan
dasar pembuatan biogas melalui proses biokonversi energi, seperti yang telah
dilakukan beberapa peternak sapi perah di daerah Pangalengan.

Proses pembuatan biogas ini dengan bantuan mikroorganisme bakteri pembusuk
Clostridium butyrinum, Bacteroides, atau bakteri perut Escherechia coli, serta
bakteri penghasil gas metan yaitu Methanobacter dan Methanobacilus. Aktivitas
k

Tidak ada komentar:

Posting Komentar